jepang memiliki pakaian tradisional yang biasanya dipakai pada saat perayaan atau upacara-upacara tertentu. pakaian tradisional jepang yang paling terkenal dikalangan masyarakat yaitu Kimono dan Yukata.
KIMONO
Kimono adalah pakaian yang bukan hanya terkenal di
jepang saja, tetapi terkenal di negara lain juga. Umumnya kebanyakan orang hanya menggunakannya pada waktu
muda yaitu pada saat Upacara Usia Dewasa (Sejinshiki) yaitu saat menginjak usia
20 tahun. Kimono juga sering dipakai pada saat kesempatan seperti festival dan
juga acara-acara formal. Kimono identik dengan pakaian wanita. Anggapan yang tidak
tepat karena kimono juga ada dua macam yaitu untuk pria dan wanita yang tentu
saja dengan bentuk yang berbeda namun menggunakan nama yang sama. Dibandingkan
dengan kimono wanita, kimono pria umumnya lebih sederhana baik dalam design,
motif dan juga warnanya yang biasanya didominasi oleh berwarna gelap seperti
hijau tua, coklat tua, biru tua atau hitam.
Kimono wanita memiliki berbagai jenis menurut bentuk
desainnya dan fungsi setiap kimono berbeda-beda :
1. Kurotomesode
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah
menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti
harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di
tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian
belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada
suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk
menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.
2. Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode
(arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara,
pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu,
tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai
oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai
untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai
kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti
kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.
3. Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang
belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh
bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan
menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki,
menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian
pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.
4.Homongi
Hōmon-gi (訪問着, arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah
kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas
memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri
khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi
dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau
merayakan tahun baru.
5. Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan
kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai
dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5
tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari
bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda,
atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5
tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri
upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
6.Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah
atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya
setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga.
Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi,
pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.
7. Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau
belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran
kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan
malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
8. Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di
rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono
jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan.
Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau
benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama,
dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.
Sedangkan untuk kimono pria memiliki 2 jenis, yaitu :
1. Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan
hakama dan haori
Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai.
Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana
pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri
upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari
kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
2. Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau
ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya
ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.
YUKATA
Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun
tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di musim panas. yukata adalah
kimono nonformal yang dipakai pria dan wanita pada kesempatan santai di musim
panas, misalnya sewaktu melihat pesta kembang api, matsuri (ennichi), atau
menari pada perayaan obon. Yukata dapat dipakai siapa saja tanpa mengenal
status, wanita sudah menikah atau belum menikah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar