Kabuki adalah seni teater tradisional khas jepang yang
menggabungkan unsur tari, pantomim, musik, dan drama. Aktor kabuki terkenal
dengan pakaian yang mewah dan tata rias yang berlebihan dan mencolok untuk
menegaskan karakter mereka.
Kementerian Pendidikan Jepang menetapkan kabuki sebagai
warisan agung budaya nonbendawi. UNESCO juga telah menetapkan kabuki sebagai
Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia.
Music Kabuki
Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan 3 arah sumber
musik. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut
Gidayūbushi. Takemoto (Chobo) adalah sebutan untuk Gidayūbushi khusus untuk
kabuki. Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah
penonton disebut Geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung
disebut Debayashi.
Judul
Judul pertunjukan kabuki disebut Gedai (外題)
yang kemungkinan besar berasal dari kata Geidai (芸題 nama pertunjukan). Judul
pertunjukan (gedai) biasanya ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil,
misalnya pertunjukan berjudul Musume dōjōji (娘道成寺) (4 aksara kanji) harus ditambah
dengan Kyōkanoko (京鹿子) (3 aksara kanji) menjadi 京鹿子娘道成寺 (Kyōkanoko musume
dōjōji), supaya bisa menjadi judul yang terdiri dari 7 aksara kanji. Selain
judul pertunjukan yang resmi, pertunjukan kabuki sering memiliki judul alias
dan keduanya dianggap sebagai judul yang resmi. Pertunjukan berjudul resmi
Miyakodori nagare no siranami (都鳥廓白波) dikenal dengan judul lain Shinobu no Sōda (忍ぶの惣太).
Pertunjukan berjudul Hachiman matsuri yomiya no nigiwai (八幡祭小望月賑)
juga dikenal sebagai Chijimiya Shinsuke (縮屋新助). Judul pertunjukan yang harus
ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil menyebabkan judul sering ditulis
dengan cara penulisan ateji, akibatnya orang sering mendapat kesulitan membaca
judul pertunjukan kabuki.
Istilah Bahasa Jepang Asal Kabuki
Beberapa di antara istilah kabuki diserap ke dalam
perbendaharaan kata bahasa Jepang, misalnya:
1. Sashigane
Di atas panggung
bila perlu adegan yang melibatkan aktor kabuki mengejar kupu-kupu atau burung,
pembantu yang disebut Kōken (asisten di panggung yang sering berpakaian hitam)
memegangi tongkat panjang yang diujungnya terdapat kupu-kupu atau burung yang
disebut Sashigane. Dalam bahasa Jepang, istilah "sashigane" digunakan
dalam konotasi negatif "orang yang mengendalikan".
2. Kuromaku
Di panggung
pertunjukan kabuki, malam dinyatakan dengan tirai (maku) berwarna hitam (kuro).
Dalam bahasa Jepang, dalam istilah "sekai no kuromaku" (dunia tirai
hitam) kata "kuro" (hitam) berubah arti menjadi "jahat".
Dalam bahasa Jepang "kuromaku" berarti "dalang" seperti
dalam arti "dalang kejahatan".
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabuki